LAPORAN
MIKROTEKNIK TUMBUHAN
METODE
PARAFIN
(Sediaan
Irisan Tumbuhan)
Disusun oleh :
Kelompok 2
Laboratorium Bio
5
Lenni
Mariana Simbolon
Reksa
Putra Pamungkas
Jenny
Pramuditha
Febie
Leona Tiffany
|
G34130011
G34130024
G34130041
G34130051
|
DEPARTEMEN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT
PERTANIAN BOROR
BOGOR
2015
PENDAHULUAN
Pengamatan
histologis dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari struktur jaringan secara
detail dengan menggunakan mikroskop. Pengamatan seperti ini membutuhkan
preparat jaringan organ makhluk hidup dalam kondisi yang bagus, oleh karena itu
pembuatan preparat segar harus dilakukan terlebih dahulu. Terdapat beberapa
metode dalam pembuatan preparat sediaan sayatan. Sediaan yang digasilkan dari
beberapa metode tersebut memiliki sifat sementara, semi permanen, dan permanen.
Meode pembuatan sediaan sayatan terebut antara lain sediaan utuh (whole mount),
sediaan apus (smear), sefin, sediaan remas, sediaan gosok, maserasi, dan
sediaan sayatan dengan embedding seperti parafin, selodin, dan resin (Azimzadeh
et al 2012).
Metode
parafin merupakan metode yang paling sering digunakan dalam hal pembuatan
sediaan sayatan. Metode ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
metode sediaan sayatan dengan embedding lainnya yaitu prosesnya lebih cepat dan
hasil sayatan sangat tipis yaitu 6-8 µm. Metode ini dapat melarutkan beberapa
enzim penting pada jaringan, karena selama prosesnya, jaringan akan dimasukan
kedalam beberapa larutan kimia yang berbeda konsentrasi dan beda karakter
sehingga dibutuhkan konsentrasi dan ketepatan urutan saat melakukan metode ini
(Roberts et al 2009). Metode parafin digunakan untuk membuat sediaan sayatan
dengan ketebalan yang kecil. Metode ini sangat baik digunakan pada hewan maupun
tumbuhan. Proses yang dilakukan dalam metode ini antara lain sediaan organ,
fiksasi, pencucian, pewarnaan, dehidrasi, penjernihan, dan penempelan pada
gelas objek (Satriowati 2008). Pratikum ini bertujuan membuat sediaan irisan tumbuhan
dengan menggunakan metode parafin.
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat
yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain mikrotom, holder, mikroskop, hot
plate, kaca objek, gelas penutup, dan oven. Sedangkan bahan-bahan yang
diperlukan antara lain: daun Acacia
sp, albumin-gliserin, aquades, safranin, fast-green, xilol bertingkat, etanol
30%, 50%, 70%, 95%, dan 100%, dan entellan.
METODE
Rangkaian Metode Parafin Secara Keseluruhan
a. Embedding
b.
Penyayatan
c.
Pewarnaan
HASIL
Berdasarkan hasil pengamatan sediaan
irisan tumbuhan menggunakan metode parafin didapatkan hasil sebagai berikut:
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari
pembuatan sediaan irisan acacia sp
jelas dibedakan adanya jaringan palisade, jaringan bunga karang, epidermis
serta kloroplas. Spesimen juga tidak terlipat dan tertanam (embedding) dengan baik serta warna dari pewarnaan
safranin 1% dan fast green terserap
dengan baik. Pembuaatan preparat jaringan tumbuhan yang dilakukan dengan metode
parafin melalui beberapa tahapan, diantaranya adalah Fiksasi, pencucian,
dehidrasi, penjernihan, infiltrasi, penyelubungan (embeeding), pengirisan
(sectioning), penempelan (affixing), pewarnaan (staining), penutupan
(mounting). Fiksasi bertujuan mempertahankan struktur
jaringan sehingga fiksasi dilakukan segera setelah pengambilan jaringan /cairan
/apusan. Langkah selanjutnya adalah pencucian dan dehidrasi, yaitu melakukan
pengambilan air dari jaringan (secara bertahap) dapat dilakukan dengan menggunakan
etil alkohol, aseton dan digunakan TBA sebagai agen dehidrasi yang sangat
ideal, relatif mahal, tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Penjernihan
(clearing) yaitu untuk menarik alkohol dan diganti parafin. Syarat cairan
clearing adalah index refraksi tinggi dan cepat menarik alkohol. Misalnya:
xylol, toluol dan bensen (Budiono 1992).Proses
embedding dalam praktikum ini menggunakan daun Acacia sp. Embedding merupakan proses pelilinan suatu organ
dengan menggunakan kotak kertas. Proses ini memudahkan dalam membuat irisan
yang sangat tipis dengan menggunakan mikrotom (Sugiarto 1989).
Setelah itu, infiltrasi parafin
yang merupakan proses memasukkan parafin cair dimana ketika proses ini
berlangsung, ruang intraseluler diisi oleh parafin, sehingga akan membantu
untuk mendapatkan potongan yang halus tanpa kerusakan pada mikrotom (Sundoro 1983). Kemudian dilanjutkan
dengan penyelubungan, yaitu memasukkan obyek dan diletakkan pada kotak atau
karton kemudian ditambahkan parafin cair dan dibiarkan dalam temperatur kamar
hingga mengeras.Pengirisan merupakan proses membuat sayatan atau pita dari
balok parafin yang telah terbentuk dengan menggunakan mikrotom. Dan penempelan yaitu
pita yang telah terpotong diletakkan diatas obyek glass dan diberi beberapa
tetes air. Setelah itu dilakukan pewarnaan dan dilanjutkan dengan penutupan
(mounting) yaitu penutupan slide dengan menggunakan perekat seperti entelan
(Istriyati 2011)
Pembuatan sediaan irisan tumbuhan umumnya
menggunakan metode parafin. Kelebihan
metode parafin adalah irisan yang didapat jauh lebih tipis, irisan-irisan yang
bersifat seri, dapat dikerjakan dengan mudah, dan prosesnya jauh lebih cepat
dibandingkan dengan metode seloidin.Kelemahan adalah jaringan menjadi keras,
mengerut, dan mudah patah, jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakan,
dan sebagian besar enzim-enzim akan larut dengan metode parafin (Surya 2001).
SIMPULAN
Metode parafin merupakan metode yang paling sering digunakan dalam
hal pembuatan sediaan sayatan.Berdasarkan hasil yang
didapatkan dari pembuatan sediaan irisan acacia
sp jelas dibedakan adanya jaringan palisade, jaringan bunga karang, epidermis
serta kloroplas. Spesimen juga tidak terlipat dan tertanam (embedding) dengan baik serta warna dari pewarnaan
safranin 1% dan fast green terserap
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Azimzadeh et
al. 2012. Label-free protein profiling of formalin-fixed paraffin-embedded (FFPE) heart tissue reveals immediate
mitochondrial impairment after ionising radiation. Journal of Proteomics.75(8):2384-2395.
Budiono JD. 1992.
Pembuatan Preparat Mikroskopis.
Surabaya: IKIP Press.
Istriyati. 2011. Histologi dalam Biologi Terapan.Yogyakarta
(ID): Universitas
Gadjah
Mada.
Sariowati
T. 2008. Efek pemberian senyawa diethilstilbestrol
(DES) terhadap perkembangan dan ekspresi
protein Bcl-2 pada folikel ovarium mencit (Mus musculus L.) strain Balb-C [Skripsi]. Jember (ID): Universitas
Jember Press.
Sugiharto.
1989. Mikroteknik. Bogor (ID):
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati.
Sundoro SH. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis dan Histokimia). Jakarta: Bhrataro
Karya Aksara.