Alicia from “West” to “West”
By : Febie
Leona Tiffany
“Wake up kak, wake up......!!!”
“ Jangan sampai telat, today wi”ll be one of moment bersejarah dihidup lo, gue cuma bangunin
lo sekali ya, bye....haha”
Pagi itu adalah pertama kalinya adik
gue bangunin gue tidur disepanjang sejarah hidup gue, dimana yang biasanya gue
selalu bangun lebih dulu dari my brother, yeahh always tapi pagi ini dia telah rapi dan mengenakan seragam
putih-dongker yang telah beranjak jauh melangkah meninggalkan kamar gue dan
berangkat ke sekolah dengan gagahnya. Iya dong gagah adik gue...hehe. Who knows ini adalah pertanda bahwa gue
akan merindukan suasana rumah sebelum gue menginggalkannya, tiba-tiba terlintas
pikiran seperti itu dipikiran seseorang yang baru saja bangun tidurnya ,that amazing. Segera gue beranjak dari
tempat tidur untuk memulai hari baru yang masih menjadi misteri untuk diungkap.
“sruuuuuuttt!” .Okay , i know kenapa Fariz ekspresinya seperti itu, pake bangunin gue segala lagi...pasti
kerena kejadian semalam..”
Begitulah bunyi air yang mengalir dari keran ketika gue mencuci muka, dan
tiba-tiba mengulang kembali ingatan tentang kejadian pada malam kemarin, perlu
kalian ketahui last night gue cemas
dan nangis tidak karuan sehingga semua orang rumah turut prihatin (beberapa ada
yang malah yang senang dan menggagap tingkah gue lucu seperti ada atraksi
hiburan yang jarang terjadi dirumah termasuk salah satunya adik gue) karena
tidak ingin hari ini terjadi padahal sebenarnya dinantikan oleh banyak orang
(termasuk gue sebelum nilai ujian nasional merubah segalanya dan merenggut
harapan gue) . Kenapa tidak? Hari ini adalah pengumuman SNMPTN diumumkan. Hari dimana
seluruh anak berseragam Putih-abu abu bertransformasi menjadi makhluk yang super
kece, terintelektual, menjadi manusia
seutuhnya dan mengangkat derajat yang awalnya hanya seorang “anak bau kencur” dengan mendapatkan
status yang sangat bergengsi yaitu menjadi seorang “Mahasiswa”.
Serta ajang ini adalah pertaruhan nasib dan ke-eksistensiannya seorang “anak SMA” dari seluruh penjuru
nusantara di tingkat nasional. Selain itu menjadi seorang mahasiswa mendapatkan
banyak keistimewaan dan hak prerogatif yang tidak didapatkan jika kita hanya
berstatus “anak SMA”. Pasti bagi kalian yang sudah bertransformasi menjadi
Mahasiswa telah merasakan perbedaan tersebut. That’s true?
Kalau bicara soal menjadi “Mahasiswa” semua orang mengatakan bahwa become Mahasiswa adalah masa-masa yang
paling bahagia. Terlepas dari segala beban berupa banyaknya tugas kuliah dan
kuliah di pagi hari. Saat kita menjadi mahasiswa kita dianggap telah dewasa dan
dapat menentukan pilihan kita sendiri (lebih bebas), mendapatkan lebih banyak
macam kartu identitas dan semacamnya, mendapatkankan SIM yang legal (temen gue
ada yg telah memiliki SIM ketika dibangku SMP) ,mempunyai banyak teman yg di
luar dugaan banyaknya (teman sejurusan, temen OMDA, temen organisasinya temen
gue, temen se-kepanitiaan, temen sekosan, temen se-kamar kosan temen gue dulu )
dan yang pastinya tidak perlu lagi mengenakan seragam setiap harinya.. Yeahhh!!
Okay kembali ke cerita awal ,
setelah selesai bersih-bersih gue kembali merasa tegang dan cemas banget jika
memikirkan pilihan gue dan meragukan apakah gue mendapatkan status mahasiswa
gue. Kenapa?? So complicated and gue
pikir penuh dengan keajaiban. Peristiwa mendebarkan terjadi di detik-detik
terakhir, dimana gue bisa-bisanya mengganti pilihan 360 derajat berbeda dari
pilihan awal selama ini. Sejak awal gue ingin sekali menjadi manjadi mahasiswa
HI (Hubungan Internasional) di universitas tervaorit di tempat gue, namun di
derik-detik terakhir gue menghapusnya dan menggantinya dengan pilihan yang lain
(ditahun ketiga setelah berkuliah gue baru mendapatkan jawabannya). Secara
logika manusia apa yang gue lakukan
sangat tidak rasional, tapi percayakah ada hal yag tidak dapat di jelaskan oleh
logika? Hal itu adalah dream, hope
and hikmah. Back to 3 years ago!
Hari itu adalah hari terakhir untuk penentuan pilihan kemana seorang
siswa SMA ingin melanjutkan penddidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Gue
mematung diantara kerumunan siswa lainnya yang pastinya mereka telah mempunyai
pilihannya masing-masing termasuk sahabat gue Shelly.
“Woii lis, ngapain lu? sini gue kumpulin punya lo sekalian” sambil
mengambil kertas yang gue pegang.
“ eiiitts...jangan dulu shel,main
ngambil aje lo , wait a minute!! “ mengambil
kertas yang baru dan mengganti pilihan gue.
“ Alice, apa yang lo lakukan? Lo tau kan ini hari terakhir bahkan
detik-detik terakhir keputusan final buat
ke pusat? sini kertasnya gue mau liat! “ menarik kertas dari tangan gue.
“Oh My God, ALICE???” berteriak dan shock.
“hehe”
Hobi gue yang suka nonton khususnya science
fiction movie secara tidak langsung menunutun alam bawah sadar gue untuk
mengingat betapa kerennya menjadi seorang peneliti alias ahli science, betapa
kerennya ketika Bruce Banner yang disinari sinar gamma dapat membuat DNA nya
bermutasi menjadi hulk, ketika Jonas
hidup di dunia yang memiliki Proteksi kuat sebuah invisible doom yang
menahan informasi dan mengendalikan seluruh kehidupan komunitas (termasuk
cuaca) ,tidak memperbolehkan adanya perbedaan serta harus menerima suntikan serum anti-emosi sebagai dosis
harian setiap paginya. Serta adanya wabah virus ganas yang menyerang otak
manusia sehingga membuat Thomas dan kawan-kawan harus menjalani hidup yg berat
di dalam sebuah labirin dengan serangkaian uji coba penelitian lainnya. Dan masih banyak lagi film berbau sains yang
gue koleksi. Mimpi gue
memperlihatkan bahwa menjadi peneliti itu keren , yang gue pikir itulah sebab perubahan
pilihan gue di detik terakhir.
Daerah
asal gue memang terkenal dengan panas yang berada di dataran rendah, siapa yang tidak kenal dengan Pantai air
manis tempat legenda ”Malinkundang stone.”
Kerena gue sudah terbiasa dengan
cuaca yang panas sehingga membuat gue tidak suka dengan keadaan becek, hujan
dimana-mana dan temperatur yang dingin (but now, yahh kadang hidup memang memberi
kita kejutan). Dulu Alicia kecil berharap bisa mengelilingi dunia dengan pintu kemana
saja dan baling-baling bambunya doraemon,
ketika ketinggalan buku PR bisa langsung diambil di rumah, terus kalau lagi
dilarang sama mama makan Ice cream dan permen bisa langsung ambil ke kulkas
tanpa ketauan (Untungnya Alicia gede sudah normal otaknya ). Namun Alice dewasa
berharap bisa hidup mandiri dengan bisa menjalajahi dunia. Dia sadar dengan
ilmu kita bisa membuka cakrawala dunia seperti kata pepatah “ tuntutlah ilmu
sampai ke negeri cina”, kenapa gue ngk memulai dengan “Java island” setidaknya sudah berani memulai langkah kecil mewujudkan
impian Alice dewasa. Itu adalah pilihan selanjutnya yang gue ubah pada
detik-detik terakir.
Setelah
apa yang gue lakukan itu, gue baru menyesalinya setelah H-1 pengumuman hasil
kelulusan SNMPTN. Apa yang telah gue perbuat? Kenapa bisa gue begitu yakin
melakukannya pada didetik-detik terakhir? Apakah perbuatan gue ini benar? Oh god, help me..
Hari
pengumuman pun tiba, dan gue ogah-ogahan untuk login
dan melihat hasil apakah gue diterima apa ditolak. Sedih jika ditolak gue udah
membuang kesempatan emas ini, masih bisa lega jika ditolak karena masih ada
kesempatan buat gue untuk jadi mahasiswa dengan jalur lainnya. “Tidak satu jalan ke Roma “ seperti kata pepatah (dalam hati gue khawatir karena selama ini
gue ngk belajar sedangkan temen gue yang lain pada bimbel lalalilili). Waktu libur yang diberikan memang sangat panjang
sehingga dengan tanpa rasa bersalah
benar-benar gue habiskan untuk beristirahat total dan melakukan hal-hal yang gue sukai dimana pada
masa-masa jahiliah ketika ujian nasional berlangsung tidak bisa gue lakukan. Gue
sudah berusaha keras selama ini, selama dibangku sekolah gue selalu
mempertahankan peringkat kelas gue di lima besar, mengikuti berbagai perlombaan
serta melakukan yang terbaik yang bisa gue lakukan agar bisa menjadi mahasiswa undangan.
Akhirnya
gue duduk di depan komputer dan tepat jam 17.00 WIB pengumuman hasil kelulusan.
Ditambah lagi server down bisa saja
terjadi jika puluhan ribu siswa membukanya di saat bersamaan, hal itu yang
membuat gue makin ngk bersemangat. Namun, entah kenapa jari-jari gue mengetik dengan lihai pada keyboard dan memencet tombol
enter.Tak butuh waktu lama hasilnya
pun terlihat di layar monitor bahwa gue “LULUS” .
“Oh
my God.... Alhamdulillah, mahhhhh aku lulus ma!!!” Berlari keluar kamar dan
memberitahukan kesemua orang rumah bahwa gue lulus, gue percaya inilah jawaban
dari segala kegelisahan gue selama ini, dan inilah takdir gue. Seorang siswi
yang mengganti pilihanya di saat terakhir tanpa pikir panjang yang sebenarnya
sudah ada isyarat dari yang Maha kuasa kepadanya. Kenapa tidak?? Kalau gue menjadi
salah satu mahasiswa Biologi di Institut
Pertanian Bogor. Berbeda 360° dari pilihan awal gue. Yang Maha Kuasa
memberikan sesuatu yang dibutuhkan , bukan hanya sekedar yang diinginkan oleh
hambanya, kerena dia lebih tau daripada diri kita sendiri. Jika gue pada saaat
itu tidak memiliki keberanian untuk mengganti pilihan, gue tidak akan bertemu orang-orang
hebat di sekitar gue saat ini , dan pengalaman yang dulu hanya mimpi dan kini
menjadi kenyataan.
“
hey ALICE, gila selamat ya lo keterima, gue ngk nyangka karena gue menjadi
saksi mata saat lo mengganti pilihan lo hari itu? Itu gokil banget, ada ya
orang seperti lo di dunia ini?” pukul 19.00 wib
gue mendapat pesan BBM dari Shelly.
Hal
yang ingin gue sampaikan adalah bahwa pasti ada hikmah dibalik semua kejadian yang kita alami dan Dia mengetahui
segala yang terbaik. Teruslah berusaha keras dan bermimpi, jangan meremehkan
mimpi kecil yang kita punyai. Mulailah peka
dengan sekeliling terutama dengan dirisendiri dan pahami sinyal yang
diberikan oleh alam karena kita hidup bersamanya.
Ini adalah kisah gue Alicia Maharani dalam mencari jati diri dan
mendapatkan status “Mahasiswa” gue dengan cara gue sendiri, sehingga
mengantarkan gue dari “West” Sumatera to “West” Java. May be someday another
“West” di belahan bumi yang lain?? Who
knows . So, how about you?
= THE END =
Tidak ada komentar:
Posting Komentar